Jumat, 06 April 2012

Sejarah: Terjadinya Alam Semesta

Permulaan Sejarah: Terjadinya Alam Semesta
 Oleh: M.Arie Murthaza

BIG BANG!
14 MILIAR TAHUN YANG LALU

“Waktu” dimulai ketika sebuah ledakkan yang sangat besar terjadi. Saat itu belum ada manusia, bumi, gunung dan bintang-bintang. Tapi sejak ledakkan itu, semuanya mulai terbentuk. 


Episode 1 (Ledakan)

 

Tadinya alam semesta ini masih seperti ruang hampa yang bertebaran “debu-debu” zat inti. Dalam waktu yang melampaui jutaan tahun, debu-debu itu saling menarik, menyatu, dan terkonsentrasi pada satu titik—seperti magnet menarik hamparan pasir—menjadi sebuah bola panas yang menggumpal. Suhu dan tekanannya begitu tinggi tak terbayangkan dan akibatnya bisa ditebak: Bumm! Sebuah dentuman besar (Big Bang) menggelegar di angkasa.


Episode 2 (Pembentukan Hidrogen dan Helium)

Ledakkan bersuhu tinggi tadi—dalam 30 menit pertama—menciptakan zat hidrogen dan helium dalam jumlah massal. Kedua zat itu terpental saling menjauh dari titik ledakkan.


Episode 3 (Pembentukan Bintang)


Delapan miliar kemudian, hidrogen dan helium tadi menggumpal, saling menarik, dan membentuk awan-awan panas.
Ada miliaran awan panas yang terbentuk dari dua zat tadi. Dan semua awan panas itu kelak akan menjadi bintang-bintang yang kita lihat di angkasa. Salah satu bintang yang terdekat dengan bumi kita adalah yang kita namakan matahari.

Episode 4 (Fusi Bintang)

 

Pada setiap bintang itu, hidrogen dan helium mengalami fusi. Fusi terjadi ketika dua zat itu—pada kadar 600 juta ton—menyatu dan membentuk zat-zat yang lain. Seperti warna kuning dan biru kalau bersatu (mengalami fusi) akan menjadi warna lain: hijau. Begitulah fusi pada helium dan hidrogen, menghasilkan zat-zat baru: karbon, besi, oksigen, dan lain-lain.


Episode 5 (Ledakan Supernova)


Dalam beberapa kejadian, hidrogen dan helium pada banyak bintang menjadi terlalu panas dan membuat ledakkan yang kedua kalinya—yang berefek pada terbentuknya unsur-unsur berat seperti emas atau uranium. Ledakkan ini disebut  supernova.
Semua bintang—termasuk matahari kita—akan memanas, dan mengalami ledakan ini suatu hari nanti.


Episode 6 (Pembentukan Planet)


Selain itu, semua bintang, termasuk matahari, bila didekati bukanlah benda padat. Mereka adalah gumpalan awan panas, atau bisa disebut “bola hidrogen raksasa”, yang saling tarik menarik. Dalam fisika ini disebut “gaya tarik.”
Selain itu, efek lontaran “big bang” membuat semua bintang mengalami gerak-berputar—seperti gangsing. Dan pada semua bintang, termasuk matahari, putaran itu melontarkan sebagian besar gas panas itu ke luar. Sebagian gas yang terlontar itu masih berputar mengelilingi bintang asalnya, tapi sebagian lain, yang terlontar lebih keras, menghilang dalam rimba angkasa raya.
Gas-gas panas yang masih mengelilingi bintang-bintang asalnya kelak—setelah mendingin—menjadi planet-planet, satelit, dan benda-benda langit lain. Dan pada bintang terdekat yang kita namakan matahari, salah satu dari gas-gas panas yang terlontar itu menjadi bumi. Karena itulah, orang Jawa menyebut bumi dengan istilah “buana” yang berarti “berasal dari api.”



Expanding Universe


Jauh di angkasa sana ada banyak sekali bintang seperti matahari. “Big Bang” telah melontarkan triliunan bintang ke angkasa. Bahkan sampai sekarang, semua bintang itu—termasuk matahari kita—terus menjauh dari titik ledakkan pertama. Para fisikawan menyebut ini Expanding Universe (Teori tentang alam yang terus mengembang).


Kelompok Bintang

Semua benda langit yang mengembang itu mengalami gaya tarik. Akibatnya jelas: mereka berkelompok. Kira-kira, setiap 200 miliar bintang berkelompok membentuk galaksi. Galaksi tempat matahari kita ini dinamakan “milky way” (bima sakti).
Galaksi juga berkelompok. Kira-kira setiap seribu galaksi berkelompok lagi dan membentuk cluster. Dan yang menakjubkan, kira-kira setiap seribu cluster juga membentuk super-cluster. Sekarang kita bisa membayangkan, betapa luasnya alam semesta ini. Mungkin, bila kita tarik garis lurus dari bumi tempat kaki kita berpijak, sampai ke ujung alam semesta, kita tidak akan pernah mencapai ujungnya. Karena jelas, sampai kini, alam ini masih terus mengembang—menjauh dari titik “big bang.”
Teleskop bintang “Hubble” (yang tercanggih saat ini) hanya mampu melihat bintang sejauh 14 miliar tahun cahaya. Bila setahun cahaya saja sepadan dengan jarak keliling bumi 2 juta kali, maka bisa dibayangkan jauhnya 14 miliar tahun cahaya. Itupun bukan ujung semesta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar