Permulaan Sejarah: Terjadinya Alam Semesta
Oleh: M.Arie Murthaza
BIG BANG!
14 MILIAR TAHUN YANG LALU
“Waktu” dimulai ketika
sebuah ledakkan yang sangat besar terjadi. Saat itu belum ada manusia, bumi,
gunung dan bintang-bintang. Tapi sejak ledakkan itu, semuanya mulai terbentuk.
Episode 1 (Ledakan)
Tadinya
alam
semesta ini masih seperti ruang hampa yang bertebaran “debu-debu” zat inti.
Dalam waktu yang melampaui jutaan tahun, debu-debu itu saling menarik, menyatu,
dan terkonsentrasi pada satu titik—seperti magnet menarik hamparan pasir—menjadi
sebuah bola panas yang menggumpal. Suhu dan tekanannya begitu tinggi tak
terbayangkan dan akibatnya bisa ditebak: Bumm! Sebuah dentuman besar (Big
Bang) menggelegar di angkasa.
Episode 2 (Pembentukan Hidrogen dan Helium)
Ledakkan bersuhu tinggi tadi—dalam 30 menit
pertama—menciptakan zat hidrogen dan helium dalam jumlah massal.
Kedua zat itu terpental saling menjauh dari titik ledakkan.
Episode
3 (Pembentukan Bintang)
Delapan
miliar kemudian, hidrogen dan helium tadi menggumpal, saling
menarik, dan membentuk awan-awan panas.
Ada miliaran awan panas yang terbentuk dari dua zat
tadi. Dan semua awan panas itu kelak akan menjadi bintang-bintang yang kita
lihat di angkasa. Salah satu bintang yang terdekat dengan bumi kita adalah yang
kita namakan matahari.
Episode 4 (Fusi Bintang)
Pada
setiap bintang itu, hidrogen dan helium mengalami fusi. Fusi terjadi
ketika dua zat itu—pada kadar 600 juta ton—menyatu dan membentuk zat-zat yang
lain. Seperti warna kuning dan biru kalau bersatu (mengalami fusi) akan menjadi
warna lain: hijau. Begitulah fusi pada helium dan hidrogen, menghasilkan
zat-zat baru: karbon, besi, oksigen, dan lain-lain.
Episode 5 (Ledakan Supernova)
Dalam
beberapa kejadian, hidrogen dan helium pada banyak bintang menjadi terlalu
panas dan membuat ledakkan yang kedua kalinya—yang berefek pada terbentuknya
unsur-unsur berat seperti emas atau uranium. Ledakkan ini disebut supernova.
Semua bintang—termasuk matahari kita—akan memanas, dan
mengalami ledakan ini suatu hari nanti.
Episode 6 (Pembentukan Planet)
Selain itu, semua bintang, termasuk matahari, bila
didekati bukanlah benda padat. Mereka adalah gumpalan awan panas, atau bisa
disebut “bola hidrogen raksasa”, yang saling tarik menarik. Dalam fisika ini
disebut “gaya tarik.”
Selain itu, efek lontaran “big bang” membuat semua
bintang mengalami gerak-berputar—seperti gangsing. Dan pada semua bintang,
termasuk matahari, putaran itu melontarkan sebagian besar gas panas itu ke luar.
Sebagian gas yang terlontar itu masih berputar mengelilingi bintang asalnya,
tapi sebagian lain, yang terlontar lebih keras, menghilang dalam rimba angkasa
raya.
Gas-gas panas yang masih mengelilingi bintang-bintang
asalnya kelak—setelah mendingin—menjadi planet-planet, satelit, dan benda-benda
langit lain. Dan pada bintang terdekat yang kita namakan matahari, salah satu
dari gas-gas panas yang terlontar itu menjadi bumi. Karena itulah, orang
Jawa menyebut bumi dengan istilah “buana” yang berarti “berasal dari
api.”
Expanding Universe
Jauh di angkasa sana ada banyak sekali bintang seperti
matahari. “Big Bang” telah melontarkan triliunan bintang ke angkasa. Bahkan sampai
sekarang, semua bintang itu—termasuk matahari kita—terus menjauh dari titik
ledakkan pertama. Para fisikawan menyebut ini Expanding Universe (Teori
tentang alam yang terus mengembang).
Kelompok Bintang
Semua benda langit yang mengembang itu mengalami gaya
tarik. Akibatnya jelas: mereka berkelompok. Kira-kira, setiap 200 miliar
bintang berkelompok membentuk galaksi. Galaksi tempat matahari kita ini
dinamakan “milky way” (bima sakti).
Galaksi juga berkelompok. Kira-kira setiap seribu
galaksi berkelompok lagi dan membentuk cluster. Dan yang menakjubkan,
kira-kira setiap seribu cluster juga membentuk super-cluster. Sekarang
kita bisa membayangkan, betapa luasnya alam semesta ini. Mungkin, bila kita
tarik garis lurus dari bumi tempat kaki kita berpijak, sampai ke ujung alam
semesta, kita tidak akan pernah mencapai ujungnya. Karena jelas, sampai kini,
alam ini masih terus mengembang—menjauh dari titik “big bang.”
Teleskop bintang “Hubble” (yang tercanggih saat ini)
hanya mampu melihat bintang sejauh 14 miliar tahun cahaya. Bila setahun cahaya saja
sepadan dengan jarak keliling bumi 2 juta kali, maka bisa dibayangkan jauhnya
14 miliar tahun cahaya. Itupun bukan ujung semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar