Asal Usul Manusia: Teori Evolusi
Oleh: M.Arie Murthaza
Teori yang paling terkenal
dalam menjelaskan asal-usul manusia adalah “Teori Seleksi Alam” dan “Teori
Evolusi”.
Pertama, Jean Baptiste de
Lamarck (1744-1829) dari Perancis berpendapat bahwa spesies makhluk hidup berubah semasa hidupnya, untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Teori perubahan ini disebut dengan teori evolusi.
Dalam evolusi, perubahan itu tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi secara perlahan-lahan,
dalam waktu jutaan tahun. Sebagai contoh, Lamarck Percaya bahwa jerapah
berevolusi dari hewan yang berleher lebih pendek.
Charles Darwin |
Lama setelah Lamarck, Charles Darwin
(1809-1882) di Inggris, berdasarkan pengamatannya terhadap berbagai macam
binatang dan tumbuhan dalam pelayaran kapal HMS Beagle, juga berkeyakinan bahwa
makhluk hidup yang tidak mampu menyesuaikan diri (ber-adaptasi) dengan alam
akan punah. Jadi, yang bertahan hidup hanyalah spesies yang kuat, yang mampu
beradaptasi, survival to the fittest. Teori ini dikenal dengan “teori
seleksi alam”.
Jadi, baik menurut teori evolusi, maupun teori seleksi
alam, semua spesies, selama jutaan tahun, berkembang bentuk dan rupa tubuhnya,
sedikit demi sedikit sehingga menjadi spesies lain yang sama sekali berbeda.
Kalau kita percaya bahwa
terjadi evolusi pada makhluk hidup, maka konsekuensinya, kita juga harus
percaya bahwa makhluk hidup yang beranekaragam ini dahulu hanyalah satu
spesies, dan lebih dari itu, mungkin nenek moyang kita dahulu hanyalah satu sel
tunggal—sekecil kuman.
Begini hipotesis asal usul manusia menurut teori evolusi:
Penyimpangan Cara Makan
Setelah bumi terbentuk 4.6
miliar tahun yang lalu, sekelompok sel muncul akibat reaksi kimia yang terjadi
di lautan (lihat teori perkembangan kimia hal. 10). Sel- sel tersebut (yang
merupakan sel tumbuhan) hidup dengan memakan karbon dan air yang tersebar di
lautan.
Namun pada suatu hari
terjadilah “penyimpangan”: sekelompok sel mengganas dan memakan sel-sel lainnya
(inilah asal-usul sel binatang).
Sampai pada tahap ini,
lautan masih berisi sel-sel tumbuhan dan binatang, sementara itu daratan masih
berupa tanah kering kerontang, belum terisi apa-apa.
Penyimpangan Cara
Berkembang-Biak
Pada awalnya—selama
miliaran tahun, setiap sel tunggal tadi berkembang biak dengan cara membelah
diri (membelah-dua). Akibatnya, setiap keturunan memiliki rupa yang sama persis
dengan induknya.
Namun pada suatu hari—sekali
lagi—terjadi “penyimpangan”: suatu sel tidak membelah-dua, tetapi membelah-empat.
Ini artinya, setiap sel hasil belahan tadi hanya mempunyai masing-masing
setengah gen. Karena tidak lengkap (dengan setengah gen), maka keempat sel
(yang disebut gamet) itu—terdorong—untuk bersatu kembali. Inilah asal-mula
perkawinan.
Mungkin satu sel yang
membelah-empat tidak menghasilkan keturunan yang berbeda, tapi bila dua sel
bergabung menjadi satu maka akibatnya bisa ditebak: muncullah binatang yang
bermacam-macam jenisnya yang makin lama makin sempurna sistemnya.
Kemunculan Binatang Laut
Akibat munculnya cara
berkembang-biak baru (perkawinan), maka muncullah keragaman jenis makhluk hidup.
Pertama-tama muncul kerang-kerangan dan trilobita 600 juta tahun yang lalu.
Lima ratus tahun kemudian muncul cumi-cumi, diikuti oleh kemunculan Silur (ikan
tanpa rahang). Kalajengking laut mengikuti, berikut berbagai binatang laut
lainnya.
Kemunculah Hutan di Daratan
Makin banyak dua sel yang
berbeda melakukan kawin, makin banyak pula spesies yang lahir. Dan bersamaan
ketika berbagai jenis binatang laut muncul, sel-sel tumbuhan (alga) merayap ke
daratan, dan dalam waktu jutaan tahun, memenuhi daratan dengan rumput dan
pepohonan. Akhirnya terbentuklah hutan di darat.
Ikan-Ikan Aneh
Sekitar 400 juta tahun yang
lalu baru muncul spesies ikan. Beberapa ikan “aneh” mencoba meloncat ke daratan
untuk mencari makan. Apakah lautan kekurangan stok makanan? Tentu tidak, tapi karena
itulah ikan-ikan ini disebut “ikan aneh”.
Adegan meloncatnya ikan dari tepi laut ke
daratan terjadi selama jutaan tahun. Berdasarkan seleksi alam, ikan-ikan yang
bersirip lemah mati terkapar di daratan dan jumlah mereka tidak terhitung. Yang
tetap hidup adalah ikan-ikan yang bersirip kuat, yang perlahan-lahan
mengembangkan sirip mereka menjadi kaki dan gelembung udara mereka menjadi paru-paru:
muncullah ikan berkaki. Para penganut evolusi menemukan fosil kepala
ikan jenis ini. Mereka menamakannya “Ichthyostega”.
Ichthyostega |
Nah, kelak, ikan-ikan aneh
ini, akan berevolusi menjadi reptil—seperti kadal, komodo, burung dan… mamalia.
Salah satu dari mamalia yang kita kenal—selain harimau, kucing, atau gajah,
adalah kera. Menurut Darwin, kelak kera berevolusi menjadi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar